Jumat, 28 Desember 2007

masukan2 yang membangun

pagi ini.....ada tanggapan, yang saya yakin akan menambah dan membuka wawasan kita.saya pikir pertanyaan2 ini juga pasti ada dibenak kita semua......

sekali lagi kembali saya buka untuk saling menambah dan share.....yang pada titik akhirnya nanti minimal untuk membuka peluang, wawasan, ilmu dan segala kemungkinan bagi
komunitas kita kedepan. AMIIN (bagi warga TDA JOGLO....ini udah langsung di pablis di millis)

"Temans aksi,
Lontaran Pak Roni atas tulisan Mbak Evi (saya lebih senang menyebutnyaMbak Umi) di http://newumi/. blogspot. com/2007/ 12/komentar. html menarikuntuk dikaji lebih jauh. Namun saya akan coba tuangkan dalam bentukpertanyaan-pertanya an.

Internal

Wik, gitu dong....biar saya lebih pinter. Mas emang moy :). Saya jadi bisa banyak tambahan ilmu nih. Makasih ya Mas...Tapi, boleh kan dikit-dikit saya sambung lagi? Tentu sejauh yang saya tahu. Saya coba deh tanggapi satu demi satu. Moga-moga ada manfaatnya.

1. Seberapa banyak member TDA yang memiliki pengetahuan, pengalaman, danketerampilan tentang usaha dan wirausaha yang dapat disebarluaskan?

Tentang totaly member TDA sih pasti mas lebih banyak tahu. Fikiran saya nih, dari data yang sering saya liat, cukup banyak materi yang muncul dan layak untuk kita publish dalam bentuk majalah. pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan tentang usaha dan wirausaha komunitas kita sangat beragam. Mulai dari yang masih baru mau start, yang lagi seperempat jalan, separoh jalan, sampai yang udah menjulang. Semua ini menjadi sangat penting untuk dijadikan acuan
ummat. Tentu harus diramu dengan kemasan-kemasan yang layak memperoleh apresiasi dari masyarakat pembaca.
Katakanlah, misalnya, jumlah member TDA yang sudah melenggang ada 50 orang, setengah jalan 50 orang, yang seperempat jalan 100 orang dan yang baru mulai 500
orang, dan sisanya masih pikir-pikir. Bila ini kita schedulekan secara baik, sudah sangat cukup untuk materi 10 edisi majalah berturut-turut, bila kita pakai periode terbit bulanan. Bagi yang sudah sukses, pasti menarik dipaparkan kiat suksesnya. Bagi yang seperempat dan separoh jalan, pasti menarik dicermati liku-liku mengatasi solusinya. Bagi yang baru mengawali, pasti menarik disimak alternatif-alternatif pilihannya,lengkap dengan pertimbangan pilihan yang
mereka putuskan. Bagi yang masih mau melangkah, ini juga sangat menarik untuk dianalisa dan dipaparkan. Kita bisa mengambil nara sumber sesuai dengan spesifikasinya untuk
memaparkan guidance bagi member-member kita. Harapannya, supaya proses memilihnya benar dan langkah awalnya tidak terlalu meleset. Bila ini sudah dilakukan,
insya Allah, kedepannya kan lebih bagus....
Nah...bila sudah demikian, tentu kelanjutan pasokan materi pada majalah kita ini bisa lebih mantap. Gitu apa ndak kira2 mas...?


2. Seberapa banyak member TDA yang memiliki ketrampilan menulis yangmemadai?

Mencermati blogger2 yang aku coba terobos, sebenarnya kita tidak perlu pesimis. Saya sepakat, bila kehebatan penulisan komunitas kita mungkin tidak terlalu canggih. Tetapi, bila ada ghirah kuta untuk itu, saya optimis, tulisan-tulisan kita bisa lebih baik. Tentu, sentuhan akhirnya tetap kita perlukan person yang memang jawara di bidangnya. Tetapi, ini kan bukan sesuatu yang tidak mungkin ditemukan solusinya?

3. Seberapa banyak member TDA yang tulisannya menarik orang untuk selalu membacanya? Nah, pertanyaan yang ini kayaknya sudah terangkum di poin 2. Artinya, sense of jurnalisnya kan bisa kita mainkan pakarnya?
4. Seberapa banyak member TDA yang mau sering menulis?5. Seberapa banyak member TDA yang mau menulis dengan skedul tetap?6. Seberapa banyak member TDA yang sering menulis sepanjang 3 - 5halaman kuarto satu spasi? Atau sekitar 3.000 - 7.000 kata?7. Seberapa banyak member TDA yang bisa membuat "gambar berbicara"? Hi3...saya tahu nih. Ternyata mas Reza malah sangat paham tentang teknisnya. Ayo dong mas...Saya jadi lebih kebelet setelah baca pertanyaan poin

4,5,6 dan 7 ini. Yang pasti, teknis seperti ini tidak mungkin kita bebankan ke member. Proses menulis bisa terschedule, ukuran tertentu, bikin gambar bicara pasti bukan bidang kita. Tapi, bila kita mau, kan pasti ada solusinya? yang ini kan pelajaran dari mas?

8. Adakah member TDA yang bergerak dalam bidang percetakan, fotografi,editing dan tata letak, penerbitan, pendistribusian media danpengelolaan jasa periklanan media?

Ini pasti kunci suksesnya ya mas...Tapi, dengan dukungan komunitas kita, rasanya faktor-faktor ini bukan kendala berarti. Bahkan, bila boleh lebih optimis dikit, ini kan bukan kendala. Bagi saya, ini malah peluang yang menarik untuk kita tangkap. ''Membalik kendala menjadi peluang'' gitu kan...?

9. Seberapa banyak tulisan member TDA yang dimuat di media massa?
10. Seberapa banyak member TDA yang diwawancarai media massa dan dimuat?

Nah, inilah yang saya prihatinkan. Kenapa kemasan yang mestinya bisa lebih kita dorong malah dipasifkan? Seolah kita hanya menunggu ''belas kasihan'' para pelaku media itu? Menurut saya sih, sebenarnya semua materi menarik untuk masing-masing level pelaku usaha. Hanya lantaran mereka punya alur sendiri, tulisan dan member yang mereka ambil pun yang sesuai dengan alur mereka. Nah...kita kan punya alur sendiri...?
11....

Eksternal

Beberapa pertanyaan ini kayaknya seperti ujian semesteran waktu saya kuliah mas. Tapi, sekedar yang saya tahu, boleh kan aku coba kasih jaban?

1. Siapakah yang akan membeli?

Member TDA dan para pemula serta pelaku wira usaha, pembina ukm, perbankan yang concern pada kredit UMKM, dan pejabat-pejabat terkait dengan kewirausahaan dan lain-lain.

2. Seberapa besar kemampuan bayarnya?
3. Seberapa besar kemauan membayarnya?
4. Seberapa sering akan membeli?

Saya kira, kisaran 15 sampek 20 ribu per bulan tidak sih terlalu berat. Apalagi bagi orang-orang yang kayak saya, yang lagi banyak perlu bimbingan.5. Tiadakah media pesaing?6. Tiadakah media massa yang tertarik menuangkan pengalaman member TDA? Kompetitor pasti ada. Beberapa media yang sudah ada saja, banyak yang tertarik pada komunitas kita. Ini kan ukuran nyata yang bisa digunakan untuk mewujudkan gagasan ini...

7. Tiadakah media massa yang mau bekerjasama?

Saya lebih suka ini menjadi peluang komunitas kita. Tujuannya, tentu supaya arah missinya lebih nyambung mbung dengan komunitas TDA. Langgam kita kan menebar rahmat. Dengan cara ini, saya yakin optimalisasi menebar rahmat bisa kita tingkatkan. Sekaligus, cara ini lebih pas untuk menjaga agar visi dan missi kita tetap berjalan pada rel yang mengandung berkah. Amin

Alternatif
1. Fokus pada menebar rahmat, menuliskan pengalaman, membagikanpengalaman, membantu yang lain berkembang, dengan cara lain
2. Bekerjasama dengan media massa dan media terbatas, baik dalam bentukartikel khusus, tulisan berseri, liputan khusus
3. Penerbitan eMagazine atau newsletter berkala yang bisa diprint dandifotocopy serta mudah disebarkan ke kalangan offline
4. ...

untuk temen2 soloraya......saya ikut priharin, dan insya allah ingin ikut membantu; shg mohon kejelasan no rek. dan no telp yang bisa saya hub. apakah Mas Awan kurniawan ataukah mas Sangaji wibisono. bencana memang dimana mana bahkan merata sampai keluar jawa; kampung evi di NTB khususnya taliwang juga tidak luput dari bencana. hiks termasuk sma aset.Kepada mbak Widya, saya juga ikut prihatin atas sakitnya ibunda tercinta, semoga lekas sembuh. AMIIN

BY: evi_newumi

Kamis, 27 Desember 2007

"Memajalahkan" TDA (lanjutan)

kaalhamdulillah ada reaksi yang tanggap dari pak roni mengenai "memajalahkan TDA", pagi ini (will see)

aku sendiri, awalnya merasa ide ini terlalu besar dan tak mungkin, tapi "kita kan tidak sendiri ?", karena aku yakin kebijakan dan keluasan wawasan dari temen2 sma akan sangat mungkin untuk menjadikan ide ini nyata.

dari kaca mata marketing; ide ini sangat visibel
dari kaca mata praktisi media, ini sangat bisa

tolak ukur marketing ku......
byk majalah baru tentang kewira usahaan yang tanpa komunitas saja berani muncul dan sangat laku. mengapa komunitas kita yang notabene banyak tahu tentang kesulitan dalam new comer di dunia enterphreneur tidak berani? Ini yang menggelitik atiku. Padahal, dari urun rembug di antara komunitas kita, semuanya nyata riil gitu lo...

Ada pengalaman-pengalaman nyata para member. Pengalaman sakit-sakit kehulu dan sembuh di saat kita kupas bersama. Kolom dan artikel tentang solusi nyata kesulitan dalam wirausaha, banyak dikupas oleh pendekar-pendekar kita. Dari beberapa majalah yang ada, sebut saja: Peluang Usaha, WK, People, Sharing, dan lain-lain, bila dicermati, isinya benar-benar sama dengan yang selalu kita bahas. Kelebihan kita, yang kita lakukan lebih tajam karena langsung pada kasus riil. Nah, ini maksudku yang tinggal mengemas dalam bentuk media printing, majalah.

Tentang masukan Mas Seta (pendekar TDA Joglo), bahwa kita butuh sponsor, itu pasti. Yang saya tahu, ini dari kacamata marketing saya, sebenarnya para pemasang iklan lebih tertarik pada media yang punya komunitas niche. oplah terukur, distribusinya jelas. Tentu, ditambah lagi dengan unsur kedekatan dari para pendekar-pendekar TDA. Nah, kita kan punya ini........

gambaranku, ketajaman dalam membahas yang berasal dari hati, tanpa rasa menggurui dan testimoni testimoni baik itu keberhasilan pindah kuadran amphibi ke real TDA, maupun kegagalan kegagalan yang menjadi pembelajaran untuk semua......begitu penuh di millis2 kita. sangat sayang bila tidak dituangkan dan dirangkum dalam suatu media yang bisa dibaca oleh lebih banyak orang...
memang akses online sudah bukan barang baru, dan sangat sudah memasyarakat, tapi.......untuk wilayah mana?? dan dari semua posting2 yang begitu banyak sangat lah perlu untuk dirangkum dan lebih dipertajam.....yang dituangkan dalam media majalah ini.

berkaitan dengan "beriklan dengan gratis", akan sangat nyambung.....dan komunitas member kita akan lebih dilihat orang karena keinginan tahu mereka (pembaca majalah) untuk mencari rincian dan detil alur masalah; yang di rangkum dan dianalisa oleh founder2 TDA yg mumpuni(sudah diakui oleh media lain kok hi3).

bukannya saya mengecilkan masalah teknis, semakin saya mencari tahu dan share off air dgn temen2 media; ternyata kata mudah yang mereka paparkan sangat masuk dalam alur pikir saya......
kemudian saya putuskan visibel dari kaca mata marketing itu cukup, dan saya "tidak sendiri" untuk takut di hambatan masalah teknis.

yang pasti paparan ini bayak kurangnya........
monggo-mari-silahkan......kita share bareng2........SUWUN :)

by: evi TDA_JOGLO

komentar........

setelah membaca posting pak roni tentang "promosi tanpa keluar dui"

ada beberapa ide dan pertanyaan yang mungkin bisa kita share dan tanggapi bersama

"Maaf boss, bila saya kasih komentar rada kurang sopan. Pikiranku gini. Semua issue, komentar, materi saya sih dapet masukan ini dari komunitas aku di off air. Kebetulan, satu dari temen itu punya pengalaman banyak di dunia media cetak. Dia mantan orang jawa pos yang sempat mendirikan koran mulai dari Jayapura sampai Sumatera Expres di Palembang.
Masukan dia nih...Kenapa TDA tidak membuat majalah sendiri?

Beberapa unsur yang diperlukan untuk munculnya sebuah bisnis majalah sudah sangat cukup. Materi ada. Penulis banyak. Nara sumber jago-jago. Semangat wirausahanya top. Tinggal sekarang, berani ndak kita tampilkan sebuah ajang wira usaha baru dalam bidang media?

Alasan lainnya, masih menurut dia nih...TDA yang memakai satu-satunya media sosialisasi dan komunikasi hanya dengan internet, ini dai rasa kurang adil. Masyarakat yang ''suka'' mengakses internet adalah komunitas khusus. Sementara, ilmu dan semangat wirausaha yang melekat pada diri jawara-jawara TDA, merupakan ilmu yang sangat bagus dan bermanfaat bagi pembangunan ummat.

Kenapa tidak ada create media yang bisa disantap oleh komunitas lain? Maksudku yang tidak internet minded?Emang ilmu para jawara TDA hanya dispesialkan bagi para mania dunia maya? Dia sampaikan itu semua dengan menggebu.

Tapi, saya tanggapi dengan dingin-dingin saja. Setelah saya pikir2, kok bener juga ya. Kenapa yang kita tidak lakukan seperti itu?saya sendiri merupakan member TDA JOGLO yang sering mengamati, share dan berinteraksi dengan pendekar2 dan srikandi2 TDA JOGLO, tentunya seputar hambatan, peluang maupun untuk membina link usaha.

Saya coba merenda lebih panjang......Jaringan distribusi kita punya. Lewat komunitas. Pasar utama, kita punya: komunitas TDA sendiri. Nah, bila ini semua divisualisasikan lewat media cetak, majalah, saya merasa yakin memang lebih bermanfaat. Bisa dijadikan souvenir, bisa jadi media komunikasi langsung dengan masyarakat pembaca, dan, yang tidak kalah menarik: BISA JADI AJANG BISNIS BARU KITA.

Itu sebabnya, pada kesempatan lain saya cari dia untuk mendapatkan info lebih detil. Sampek misalnya, siap ndak dia bantu saya merealisir masukan itu. Tentu, seandainya komunitas TDA menyepakati gagasan tersebut. Alhamdulillah. Gayung bersambut. Untuk pembangunan ummat, apalagi yang bermuatan pembangunan ekonomi dan kemandirian, dia juga sangat care.

tapi ini semua saya kembalikan kebapak, tapi......kalo memang baik kenapa kita tidak mulai ACTION Sekarang :)
saya sih......siap jd makcomlang utk mengundang beliau untuk berdiskusi merealisir masukan itu.......saya pikir lebih cepat lebih baik....siapa tahu produk ini dpt di louncing dalam acara milad II kita.

by: evi TDA JOGLO